Sebuah tulisan tentang sang Idola

Hari itu, semua pecinta bola bersedih. pertandingan terakhir sang maestro di bernabeu.
Gak sampai pertandingan habis dia bermain, mungkin hanya 70 menit, lupa tepatnya. dia menampilkan sebuah permainan yang dia banget. Satu gol lewat sundulan dari tiang satu ke tiang jauh satunya, membuat Real Madrid 1 - Villareal 1. Saat ditarik ke bench semua orang berdiri, standing applause. Mereka mengangkat tinggi-tinggi kertas alumunium foil (mungkin), yang membuat cahaya putih berpendar ke seluruh stadion. Dan gambar Zidane, ada yang bertuliskan "Legend". Ada yang merci, lupa. Semuanya tentang rasa terima kasih karena diberi kesempatan melihat pemainan sepak bola yang indah. Ya, dari sang maestro.


Banyak orang bilang pemain terbaik dunia itu pele, 1000 gol lebih sepanjang karir. Dribble canggih meski di dalam kotak penalti lawan. Piala dunia dapet 3 kali. Kalo di PES nilai overallnya sampai 99, nyaris sempurna.  Kemudian ada lagi yang bilang Maradona, si anak Tuhan. Bayangin aja gimana coba ada anak Tuhan main bola di bumi. Atau Franz Beckenbauer, sang kaisar jenius. Atau Johan Cruyff, pemimpin super. Seorang pemain yang merupakan perwujudan asli total football. Ada banyak. Sepak bola sudah ada sejak jaman bahula, sudah berapa orang yang bermain? pasti ada yang terbaik dari mereka, di jaman mereka masing-masing. tapi bagi orang yang hidup di jaman 1991-now, pasti akan bilang bahwa Zidane lah yang terbaik. karena mereka benar-benar melihat secara langsung permainan si bocah Aljazair ini. Yang pemain jaman dulu kan bisanya cuma liat di youtube, dan youtube bisa aja nampilin pas mereka bagus2 doank, haha.. Bahkan jika pertanyaan siapa pemain terbaik di jaman 1991-sekarang ditanyakan ke pemain lain, mereka pun mungkin akan bilang Zidane yang terbaik. Pemain terbaik jaman itu tidak diciptakan seeorang, tapi diciptakan jaman itu sendiri. Zidane seperti itu.

Dia gak harus mencetak banyak gol dengan dribble licin macam messi, atau terlalu sempurna seperti Cristiano Ronaldo. tidak. Gak harus mencetak rekor passing terbanyak dalam satu pertandingan macam Xavi dan Iniesta juga. Zidane adalah pemain yang dominan, entah kenapa selalu terlihat besar. bahkan ketika diantara Ronaldihno, Kaka, Ronaldo, Puyol, Xavi, Pirlo, dan pemain besar lainnya. Kalo di lapangan, secara alami bola akan bergulir ke tempatnya. Secara alami. Itu yang aku lihat. Kemudian dengan gerakannya yang khas, bukan licin sangat lincah seperti anak Brazil, tapi luwes, sangat luwes, dia bergerak dan enak ditonton. Kadang adu badan, kadang melewati dengan cerdik, sangat entertaining. Yang lebih bikin kagum lagi, dia bermain untuk tim. gak harus dia yang nyetak gol atau assist. dia akan buka ruang, passing, dribbling, di saat yang tepat. Aku bilang, permainannya cerdas. pemimpin sejati di lapangan. hanya saja, entah kenapa pas enaknya balik lagi ke Zidane, gol atau assist menentukan, dia yang bikin. 

Sayang sekali aku baru suka dan nonton sepak bola saat 1999. itu umur 8 tahun berarti. belum bisa nonton yang pertandingan malam juga, makanya Piala Eropa 2000 aku gak nonton dia. Pertandingan pertama yang ditonton, saat final vs Bayern Leverkusen, 2-1, gol yang dikatakan salah satu yang terbaik. memang. Saat itu aku langsung kagum. dan berikutnya kaos bola pertama yang aku punya juga atas nama Zidane, baju Prancis untuk Piala Dunia 2002. dibeliin bapak, dia pun suka, haha. Sayang sekali Zidane gak main satu kali pun. dan meski Ronaldo dengan rambut kuncungnya sangat dominan, juga kemunculan Rookie Ronaldinho, rasa mengidolai Zidane gak ilang. masih berharap lihat dia. Saat itu, meski gak suka madrid, aku akan nonton.

Panggung besar terakhirnya adalah PD2006. Meski sempet bilang pensiun, akhirnya setelah ditarik lagi dia mau balik ke timnas, untuk terakhir kalinya pake baju timnas di turnamen resmi. Yaah, aku bilang sih sebuah closing yang gak bakal dilupakan. Semua tersaji. cerita sepak bola yang komplit. Sempet kurang greget di penyisihan bahkan sampai leg ke-3 dia gak main gara2 akumulasi kartu kuning, dia dan Prancis mengamuk di babak selanjutnya. Perempat Final lawan Spanyol. Lini tengah Spanyol diobrak abrik. Zidane bareng Vieira membuat Xavi, Xabi Alonso, dan Fabregas yang di penyisihan keliatan gagah jadi seperti anak kecil. Memang masih anak kecil sih mereka, tapi seperti diliatin banget perbedaan kemampuannya. Raul Gonzales gak kelihatan, Puyol di ankle breaker, Casillas melongo lihat bola 3 kali masuk gawangnya. Skor akhir Prancis 3 - Spanyol 1. Zidane 1 gol, yang berkelas.


8 besar lawannya jagoan America Selatan, Brazil. Dengan Brazil sebagai jagoannya of course. tapi yaah, bahkan sampai ada video Zidane vs Brazil 2006. Saking dominannya itu orang di tengah pemain Brazil. Gerakannya dinamis banget. Bikin yang main pun mlongo, apalagi yang nonton. haha.


Portugal menjadi lawan pas semifinal. Meriah banget. Kemunculan pertama CR7 di panggung PD. setelah membuat heboh dengan 'pertarungan vs wayne rooney', dikira bisa main keren di semifinal, tapi kayaknya sih  dia rada menyesal, makanya yang paling keren menurutku sih si maniche, sama deco. Mereka cerdas, main ke sana kemari, sayang sekali defence Prancis lagi oke banget. terutama Thuram. Zidane beneran dijaga, susah gerak meski akhirnya menyelesaikan satu Pinalty dengan dingin. Prancis 1 - Portugal 0. Prancis lined up Italy in Final.

Final adalah pertandingan terhoboh, meski bukan yang terbaik. Bener. Sempet rada menyesal karena hampir saja gak liat. Hari itu adalah pertama kalinya aku sampai di SMA, dan kan gak tau tivinya ada di mana, eeh malah ada nonbar, ya disambut dengan gembira donk. Nonton di lapangan basket, pake LCD. Inget banget. Awal langsung menggelegar. Gak tau menit berapa tapi Zidane sudah membuat Prancis Unggul 1-0. Meski rada samar-samar sih. Bola tendangan pinaltynya membentur mistar dan jatuh dan keluar lagi, tapi Gol. Gak sampai 10 menit mungkin Materazzi bales lewat heading. Setelah itu pertandingan yang lumayan untuk ditonton. Gattuso mungkin gak liat bola, yang dilihat Zidane terus. Nempel kayak Lem Alteco kalo ini. Yang hebat Pirlo, seperti kebiasaannya di Milan. Distribusi bola lancar banget meski striker mentok dibek. Zidane tetep ngobrak abrik. Kalo kiper bukan buffon udah bye bye itu Italy. Sampai akhirnya perpanjangan waktu, dan entah gimana. Materazzi terkapar, pegang dadanya. Kamera udah ngikutin bola yang ngarah ke Prancis itu, gak ada yang sadar sampai kamera dibalikin lagi ke Materazzi. Langsung rame. Wasit tanya sana hakim garis dan lari ke Zidane ngluarin kartu merah. Semua kaget. Pas tayangan ulang baru ngerti tiba-tiba Legenda ini nanduk dada Materazzi. Gak tahu beneran sakit apa gimana tapi itu ekspresi Materazzi heboh banget. Semua misuh, yang nonton. termasuk aku. Pas Prancis lagi makin dominan dan tiba-tiba sang Jendral harus keluar. Ini adalah foto yang gak bakal bisa aku lupain.

Akhirnya Prancis kalah. Adu Pinalty. yang yaah. nyesek banget. Final yang bakal diinget, karena sebuah kejadian yang langka. Sebuah closing yang Indah harusnya, tapi apa daya, inilah sepak bola. kadang tragis. Meski begitu ya dia gak bakal dicaci maki, malah dengan banyak analisis lanjutan setelah Final itu, nama Zidane akan tetap flying high. 'Cacat' yang sedikit itu gak bisa menghapus pesonanya. Sampai saat terakhir.

Memang sedikit subjektif sih, haha. tapi ya gimana, memang begitu menurutku. yaah, pada akhirnya aku hanya salah satu orang yang terpesona oleh permainan Zidane.

kosan sepi karena malam, 00.03, 15-5-2013
Setelah membaca lagi cerita -Giant Killing-
*edited and publish 11-6-2013.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »