Avengers: End Game

Film penutup dari 22 film EPIC Marvel Cinematic Universe. 11 years. 22 movies.

MCU total punya 22 film yang nyambung semua, dari awal sampai akhir, yang rasanya gak boleh kamu lewatkan satu pun untuk paham (Tapi Aku gak nonton The Incredible Hulk sih). Dengan cara yang tergolong baru saat itu untuk memberi gambaran film selanjutnya: Pakai End Credit. Membuat penonton di bioskop tetep sabar duduk ngelihatin credit title jalan, sambil iseng-iseng lihat kalau ada nama orang Indonesia yang terlibat. Sampai end credit-nya keluar, dan boom! Nambah excitement untuk nonton film selanjutnya. Nice work Marvel.

End Game, adalah lanjutan langsung dari Avengers: Infinity War. Cap dan sisa-sisa super hero dari war Wakanda kembali ke Markas Avengers. Entah bagaimana mereka nemuin pager milik Nick Fury dan memanggil Captain Marvel. Di angkasa, saat Tony Stark semakin menyerah krn hanya terombang ambing tanpa arah selama 22 hari, Captain Marvel datang dan membawa mereka ke bumi. Tony Stark pulang, turun dari pesawat, dan dipeluk oleh Captain America, bukan Pepper. Gak se-awkward yang diduga mengingat itu pertemuan pertama habis Civil War. Kita tahu di Infinity War Tony gak berani untuk sekedar nelfon Cap.

Diskusi kemudian terjadi, mau ngapain setelah ini. Membunuh Thanos pun tidak akan mengembalikan mereka yang sudah hilang. Pergolakan batin mereka yang bertahan, bahwa Avengers masih manusia biasa digambarkan jelas. Natasha nangis. Cewek yang selalu tangguh itu, bisa runtuh. Gambaran bagaimana kehidupan bergerak setelah Thanos berhasil membuat 50% manusia (gak ngerti manusia aja apa makhluk hidup lain juga) hilang jadi butiran debu ini berhasil dibuat sangat gloomy.

Saat semua sudah berjalan ‘normal’ selama 5 tahun, Ant-Man muncul dari dunia Quantum (Ant Man & the Wasp). Pulang ke rumah dan merasa aneh dengan keadaan, dia pergi ke Markas Avenger, untuk nyari Burger dan Taco, haha. Dia juga membawa ide dan optimisme bagaimana membalikkan semua ini. Satu-satunya peluang yang mungkin bisa. Tentu saja untuk melakukannya membutuhkan bantuan orang paling jenius di dunia, Tony Stark. Yep and the Roller coaster start to run, again.

Di Infinity War, kita tahu Dr. Strange dengan ngotot bilang tidak akan menyerahkan Time Stone meski nyawa rekan-rekannya jadi taruhan. Pas diomongin ngerasa bercandaan aja memang. Tapi bagaimana dia bertarung melindungi itu gak kelihatan bercanda. Twist muncul ketika Thanos mau membunuh Iron Man, Dr. Strange dengan kesadaran penuh menukar Time Stone dengan nyawa Tony. Tepat setelah dia hanya menemukan satu dari 14juta kemungkinan, mereka bisa menang lawan Thanos. This scene, I always remember. Muka Tony yang gk percaya, dan muka Dr. Strange yang mantap. Kita bisa katakan kalau Dr. Strange adalah the first person who knows this epic ending. Dan membiarkan Tony Stark hidup saat itu, adalah satu satunya harapan mereka bisa menang. Tony, pada akhirnya sadar hal ini, dan melakukan sesuatu yang begitulah.

End Game menurutku adalah film yang paling MCU, meski bukan terfavorit. Semua khas-nya MCU ada di sini, dialog yang kuat, drama, epic fight, plot twist, high-tech, romance, konyol. Ada semua lengkap. Plot-nya brilliant dan cukup sulit ditebak. Dengan tambahan banyak sekali call back, baik moment atau sekadar memorable dialog. Yang aku yakin setiap orang beda-beda nangkepnya atau ngerasainnya. Memorable dialog paling pecah menurutku tetep saat Cap ketemu Cap di New York. “Loki is here” | “Oh shit” | “I can do this all day” | “Yeaah I know, I know” (dengan muka kesel) | Trang!! (Suara 2 shield bertabrakan).

Callback paling simple tapi berkesan tentu saat Tony bisa ketemu Howard. Tony, yang sempat sangat membenci Howard karena jadi ayah yang gak bertanggung jawab karena kerja terus. Jadi alasan Tony tidak ingin jadi seperti dia. Meski akhirnya Tony ya emang anaknya Howard. Workaholic Genius. Entah kenapa banyak orang yg gk suka Iron Man 2, tapi aku salah satu yang paling suka. In this film, Howard said to Tony, that he built ‘City of the Future’ for Tony, “I am limited by technology in my time, but you will find out. And when you do, you can change the world. What is and always will be my greatest creation… is you”. Tony gak pernah bisa ngobrol dengan Howard, tapi di sini mereka bisa ketemu dan ngobrol banyak hal, sampai pelukan pas pamit. Duh kalau mbahas ini jadi sentimentil. Oh dan ternyata Jarvis adalah supir Howard. Baru tahu.

Terakhir, sebagai salah dua adegan paling dramatis dan membuat banyak orang nangis menurutku, saat Pepper mempersilakan Tony untuk istirahat, dan saat dia mengapungkan Arc Reactor pertama Iron Man dengan tulisan “Proof that Iron Man has a heart” di danau depan rumah Tony-Pepper-Morgan. Pas pertama diperlihatkan di Iron Man, kalimat itu biasa aja. Di akhir 22 film baru tahu, pesan-nya kuat banget.

Sempet baca artikel bahwa sampai Phase 3 ini (MCU menyebutnya begitu), porosnya adalah Iron Man. They started in 2008 and ends here with Iron Man as the Alpha. Gak mengecewakan sama sekali. Keren parah. Tinggal nunggu Far From Home dan MCU selanjutnya. Yep, aku memang penggemar Iron Man. I love you 3000.



Cerita Bapak #1: Ilmu Pengetahuan

Cerita Bapak #1: Ilmu Pengetahuan
Salah satu kebiasaan dengan Bapak dan keluarga yang aku seneng banget untuk melakukannya adalah duduk di mushola rumah sambil ngobrol ke sana ke mari, waktu antara sholat magrib dan isya. Baru aku sadari ternyata momen itu adalah cara Bapak dan Ibu untuk mendengar aku bercerita, menyelesaikan masalah, dan mendidik-ku, tentang banyak sekali hal. Bapak melakukannya dengan sangat baik, lewat obrolan ringan, lewat cerita-cerita. Bukan dengan digurui. Soalnya digurui udah sesiangan. Sama guru di sekolah. Dan di situ topiknya lebih banyak tentang agama, kepercayaan, atau materi umum yang pada akhirnya sampai juga ke sana. Setiap hari topik yang berbeda, tapi karena keterbatasan memori, aku hanya bisa mengingat dan bisa menuliskan beberapa saja. Yang lain entah sudah lupa, atau sudah jadi kebiasaan sampai tidak sadar.

Pernah waktu itu Bapak bercerita ada seorang peneliti dunia, pada satu titik menyadari bahwa hasil penelitiannya ternyata sudah ada di Al-Quran. Orang itu, kemudian masuk Islam. Waktu itu yang kami bahas ada 2 orang. Pertama, seorang Doktor yang menemukan air tawar dan air asin tidak bercampur di laut lepas. Air tawar dan asin tidak nyampur, di tengah laut, bukan di hilir sungai, rada sulit diterima logika. Doktor itu kemudian diskusi dengan seorang Muslim dan disampaikanlah bahwa fenomena ini sudah ditulis di Al-Quran. Meluluhlah dia. Yang kedua tentang seorang Doktor Neuroscience, menemukan bahwa ada satu saluran pembuluh darah di otak, yang hanya bisa dilewati darah ketika kita posisi sujud. Sujud, salah satu gerakan sholat, yang mana perintah untuk Sholat itu ada di Al-Quran.

Diskusi berlanjut ke Al-Quran dan Ilmu pengetahuan. Bapak saat itu bilang, “Al-Quran sudah ada ribuan tahun yang lalu, tapi hal yang baru ditemukan peneliti itu, ternyata sudah ada di sana. Padahal tentu teknologi pada masa itu belum menjangkaunya sama sekali. Keren kan. Al-Quran juga isinya makin terbuka seiring pengetahuan kita yang bertambah”. Aku meng-amini itu. “Islam adalah agama terakhir, yang akan ada sampai akhir zaman. Kata Al-Quran itu. Bukan kata Bapak. Dan apa yang akan jadi pedoman umat Islam untuk sampai kiamat nanti? Al-Quran dan Hadist. Maka untuk bisa melewati berbagai zaman ini, Al-Quran dibuat oleh Allah bisa terus relevan, dan lebih special karena ia dijaga oleh Allah sendiri. Ini salah satu Mukjizat Al-Quran, yang ada di salah satu ayatnya”. Aku mengangguk mengiyakan. Karena pernah juga mendengar Mukjizat Al-Quran ini.

“Sejak Nabi tiada, Al-Quran terus dibaca dan ditafsirkan orang-orang. Orang yang menafsirkan Al-Quran pada suatu waktu, bisa beda dengan dia menafsirkannya beberapa tahun kemudian. Apa yang membuatnya beda? Pengetahuan”. Islam memang sangat meninggikan ilmu pengetahuan. Beliau menambahi, “Semakin dalam ilmu kita tentang apa pun, bisa dibilang bertambahnya referensi, cara kita memahami dan menafsirkan sesuatu akan berbeda. Makanya ada beberapa Mazhab Islam. Beda pendapat antar ulama atau ahli tafsir itu keniscayaan, tetapi mereka akan diskusikan, dan pada akhirnya bersepakat. Kemudian kita juga temui ada beberapa penulis hadist. Kalau hadist lebih karena pada saat itu kan yang mengikuti Nabi sangat banyak. Tidak semua orang mengikuti Nabi dari bangun sampai tidur lagi. Keterbatasan sahabat dalam melihat Nabi ini, yang bisa jadi menimbulkan perbedaan pendapat antar satu dengan yang lain”. Aku gak bisa berkata-kata, hanya melongo. Bapak kemudian lanjut cerita tentang ada hadist Bukhari dan Muslim yang berbeda, beliau bilang hal itu bisa saja terjadi. Jadi ketika bersama Bukhari Nabi memang melakukan itu, tapi pada saat bersama Muslim kebetulan Nabi melakukan dengan cara lain, tentu tanpa meninggalkan substansinya. Lupa hadist-nya yang mana, tapi penjelasannya kira-kira seperti itu. PR buatku untuk mencari-nya.

Kemudian aku bertanya tentang apa itu substansi. Bapak menjawab, “Substansi itu inti dari suatu hal. Ada hal-hal atau aturan-aturan yang pasti di Islam, yang ditulis dengan jelas di Al-Quran atau Hadist. Tetapi ada lebih banyak hal yang kita bebas menterjemahkannya. Salah satu alasan kenapa Islam bisa terus relevan sepanjang zaman, karena dia tidak terikat bentuk, tapi lebih kepada substansi ini. Bentuk bisa berubah tergantung zaman, tapi substansi-nya harus tetap. Contoh: Adzan. Di zaman Nabi, diceritakan saat waktu sholat tiba, Bilal akan naik ke tempat yang tinggi, dan bersuara sangat keras agar semua orang mendengar adzan dan berbegas untuk sholat. Mungkin saat itu bisa dilakukan, karena orangnya masih ngumpul di satu tempat itu saja, belum banyak. Sekarang, adzan-nya tetap, tapi kita pakai speaker dari Masjid, agar jangakauannya luas (karena muslim sudah banyak). Adzan, substansi-nya memanggil orang untuk Sholat. Bentuknya, dulu langsung teriak, sekarang pakai Mic dan speaker. Substansi-nya tetap, bentuknya berubah. Apakah pakai mic & speaker dilarang karena Nabi tidak melakukan? Ya enggak, karena niatnya agar panggilan adzan ini tersampaikan. Dan perlu diingat, dalam islam, fitrahnya semua boleh, sampai ada yang membuatnya tidak.”

Beliau selalu memintaku jadi anak yang cerdas, jadi anak yang berfikir. Memintaku untuk terus belajar, melihat sekitar, dan jangan berhenti. Beliau tidak melarangku membaca komik, bermain sepak bola, atau pun mencoba banyak hal. Aku pikir karena selama itu bisa jadi Ilmu, ya nggk apa-apa. Itu adalah asset yang sangat berharga. Beliau hanya mengingatkan untuk selalu tau batas. Aku juga yakin beliau selalu mendoakanku agar Allah memberiku petunjuk untuk menjadi seperti apa yang Bapak harapkan ini. Maka aku juga harus berjanji pada diri sendiri untuk melaksanakan pesan-pesan Bapak ini. Sebagai cara terbaik menghormati beliau. Kemudian apa selanjutnya? Mereplika caranya hidup. Yang baik-baik tentu saja.

Untuk Bapak, Ayah, Papa, Abi hebat di seluruh dunia, semoga kuat dan amanah!
Juga untuk calon Bapak, siap2 lah!

Didi Kempot adalah Solo

Didi Kempot adalah Solo
Gara-gara tulisan Agus Mulyadi di Mojok, ingatan akan Didi Kempot dan Kota Solo tiba-tiba nyamber.

Didi Kempot Hits pas aku masih SD di tengah maraknya lagu-lagu dari Padi, Dewa19, atau Ebiet G. Ade & Tembang Nostalgia. Lagu stasiun Balapan meledak di pasaran, Genre Campur Sari yang baru-baru itu aku dengar muncul sebagai alternatif, dan langsung rame. Radio lawas Bapak yang biasa dinyalakan siang-sore tak henti-hentinya memutar lagu-lagu itu. Membuat liriknya mau gak mau nempel banget. Stasiun Balapan dan Terminal Tirtonadi -khususnya- jadi terngiang-ngiang terus. Ya, dua ikon kota Solo ini.

Dasar anak SD yang jarang ke mana-mana (atau sudah tapi gak inget), akhirnya kelewat penasaran dan menjadikan dua tempat itu jadi must visit place before death. Anak Parakan, ingin ke Solo. Jauh sih memang, kira-kira jaraknya 100 km. Sungguh jauh untuk ukuran anak SD.

Akhirnya kesempatan jalan sendiri ke Solo ada juga. Tempat pertama yang akhirnya disinggahi adalah terminal tirtonadi. SMA kelas satu kalau tidak salah. Bertiga dengan Iwan dan Widi, dengan tujuan akhir Gemolong. Naik bus dari ungaran ke Solo dengan semangat karena masih siang, tapi tetap saja ketiduran, ketiga-tiga-nya. Pak Kondektur yang mbangunin, kami kaget karena hanya tinggal bertiga di bus. “Turune lanjut nang omah ae Mas, wes tekan ki”. “Nggih Pak”, sambil ngelap iler. Patut disyukuri tirtonadi adalah terminal terakhir bus itu. Kami turun, dan aku sempatkan melihat-lihat terminal ini. Belum foto-foto karena buat apa? Orang belum ada Instagram.

Kalau Stasiun Balapan pertama kali dikunjungi saat kuliah, tahun pertama. Ikut kakak angkatan dari Jogja mau ke Malang, buat jadi supporter. Tentunya dengan segala pengalaman kakak angkatan yang sudah melakukan ini dari tahun ke tahun, kami ikut. Kami harus ke Solo dulu, karena gak ada kereta api ekonomi dari Jogja ke Malang. Jam 9 malam dari Janti ke Solo, sampai Solo sebelum jam 12 malam, lanjut jalan kaki dari Tirtonadi ke Stasiun Balapan. Di jalanan yang sepi, rada gelap karena Solo pelit lampu jalan, dan tempat banci-banci yang sliweran. Konyol sekali rasanya kalau diingat. Tentunya dengan fakta bahwa saat itu banyak angkatanku yang orang solo atau orang Jatim, yang harusnya lebih paham tentang rute ini (Saat itu belum ada GMaps). Tapi karena kakak angkatan yang bicara, mereka diam saja, dan ikut juga. Aku akhirnya mikir, mungkin ini karena mereka juga masih terlalu cupu, gak punya pengalaman ke stasiun Balapan. Kami pun masuk stasiun Balapan gak lewat pintu depan, tapi jalan kaki dari persimpangan rel kereta dan jalan raya, dilanjutkan menyusuri rel kereta. Uwuwu sekali. Hal ini bisa terjadi karena saat itu tiket masih beli di atas kereta, tanpa tempat duduk, dan masih dengan pedagangnya yang jalan ke sana ke mari mengusap muka kita yang tidur di tengah jalan dengan kakinya. “Pop Mie, Pop Mie... Mijon, Mijon...“. Aku, Harry 08, Kribo, Juki, Didit Ahong, Anam?, Hafidh?, menikmati jegijek-jegijek kereta malam sambil tidur seadanya.
Duh Solo, ternyata menyimpan banyak kenangan, bodoh