like father like son

Sudah sewajarnya anak akan mirip dengan orang tuanya. Ada yang mirip dalam segi fisik, tidak jarang pula yang kemiripan itu lebih banyak dalam segi sifat. Itu wajar. Saya pun demikian. Ada yang bilang mirip ibu. Ada yang bilang mirip adiknya ibu. Sayangnya gak ada yang bilang aku mirip bapak. Iya dalam segi fisik. Muka lebih spesifiknya. Memang begitu sih, gak begitu mirip. Aku pun merasa demikian. Sayangnya aku pun gak merasa muka mirip ibu. Jadi aku ini anak siapa? haha.. yaah, setidaknya sampai sebelum aku kuliah.

Sejak masuk kuliah, Aku merasa makin mirip bapak, atau dalam beberapa hal mirip ibu. Secara fisik karena makin berisi dan mukanya lebih mateng. Beberapa teman bapak bilang demikian. Dalam pikiran mungkin karena aku sudah mulai berfikir dengan lebih dewasa? mungkin saja, meski sepertinya tidak. Yang jelas dalam beberapa hal, aku merasa mulai mirip. Ini pendapat pribadi, jadi jika mau protes sampaikan di comment, jangan masuk artikel, haa.. Sifat gak mau kalah dalam berpendapat. Salah gak apa-apa, yang penting ngotot dulu. Itu saya. Bapak, lebih dewasa, lebih banyak pengalaman, jadi salahnya sedikit, tapi tetap ada. Dan ketika dia salah dan aku benar, adu pendapat, maka tidak akan ada habisnya. Ibu dengan santainya malah tertawa. Merasa percuma mungkin melerai. Pernah kejadian kok, sering malah. Dan ketika sudah selesai, ibu akan mendekatiku, dan membisikkan, "nek gek rame ngono kui persis banget." sambil tersenyum. "ora ono sing gelem kalah". hagrrr..

Hal lainnya mungkin kebiasaan. Atau aku yang memang mengikuti cara yg bapak ajarkan. Mempersiapkan hal secara detail dan serapi mungkin. Baik dalam kegiatan sehari-hari, ataupun dalam tulisan dan hasil karya. Sebelum kenal 4S dari pabrik, aku lebih dulu mengenal cara itu dari Bapak, meski gak pakai nama 4S itu. Aku akan bingung atau merasa aneh ketika hal berubah, beda dengan kebiasaan. Ketika aku memakai tas kecil slempang, maka kunci kosan akan ada di bagian terdepan tas. Hampir pasti. Masuk kosan, kunci kosan akan ada di atas kasur, atau meja sebelah kipas angin. It's a must also. Bukan berarti tidak suka perubahan, tapi ini masalah kebiasaan, lebih suka ketika semua benda, dan tugas, dan apalah itu, ada pada tempat yang seharusnya. Sudah masuk alam bawah sadar. Masalahnya kalau lagi pas nyeleneh aja sih, naruh gak sesuai tempatnya malah bakal jadi bingung nyarinya, haha. 

Bentuk badan sih keturunan. Tipe kaki yang sama, sepatu yang seukuran, baju dan celana yang bisa saling tukar. Sama refleks olah raga juga keturunan, bisa dibilang bakat. Bukan sombong, meski fisik gak tinggi, bapak dapat loncat dengan sangat tinggi. Seperti itulah yang aku dengar dari teman-temannya. Sayangnya aku gak setinggi itu loncatnya. Dia bisa bermain di semua olah raga, aku pun demikian. Sekarang dia lebih ke badminton, sedang aku masih lebih suka sepak bola. Kami sama sama pernah bermain sepak bola untuk tim kauman, kampungku. Sudah banyak tanding juga. Posisi defender, sama, bedanya dia kadang main sebagai forward, aku selalu defender. Sama-sama pemain inti juga. Pernah suatu ketika aku bermain, teman satu tim bapak dulu melihat, dan ketika bertemu bapak dia bilang "maine podo bapakne" mendengar itu seperti biasa, tak mau kalah. "wah yo gak mungkin, apik aku pisan pindo". Melihatku menang pun biasa saja. Memang seperti itu. hahaa.. yaah memang anaknya ini harus lebih berusaha, melebihinya.

Aku seperti anak kecil pada umumnya, mengidolakan sang bapak. Dia panutan, contoh, teman, guru, imam, dan seperti itulah. Pribadi yang pengin aku samai, tapi sepertinya bapak pengen aku melebihinya, meski tidak tampak seperti itu. Ya gimana gak pengen minimal disamai, dia adalah orang yang sangat baik, bukan hanya aku yang bilang. Seorang pribadi yang tangguh dan cerdas.

Tulisan lama yang akhirnya diposting.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »